Sabtu, 12 Februari 2011

PERJALANAN SANG GURU BESAR 5

CERITA KETIGA:
MENINGGALKAN ARCAPADA;
Memang sang guru besar itu membawa keberkahan yang tiada tara,di mana pun beliau tinggal,di situ pasti banyak keberkahan,mau yang datang menemuinya ataupun penduduk sekitarnya.Tidak hanya di desa djugo,sang guru pindah ke gunung kawi pun,ikut membawa keberkahan dan kemakmuran,padahal dahulunya gunung kawi terkenal angker dan banyak hewan buasnya, orang-orang pun enggan tinggal disana,tapi semenjak sang guru tinggal disana,kini gunung kawi menjadi ramai,banyak orang berdatangan yang ingin menemui sang panembahan,datang dan pergi tiada habisnya,dan sang guru pun menerima dengan senang hati,tanpa pandang bulu siapa pun orangnya mau berpangkat ataupun rakyat biasa.Mereka berdatangan dengan rasa hormat dan cinta kepada sang panembahan,bukan karena beliau sakti ataupun kesepuhan,tapi karena cinta seperti cintanya seorang kepada orang tuanya,menghormati karena ingin membalas kemurahan hatinya.
Sebelumnya Mbah djugo berpindah ke gunung kawi,ketika Mbah djugo dan Mbah Imam sudjono sedang asik memandangi pemandangan desa jugo yang asri di kelilingi sawah-sawah yang menguning dan banyak burung kuntul yang terbang kesana-kemari,membuat hati menjadi tenang tanpa beban.Sedang asik-asiknya memandang,tidak sengaja Mbah Imam sudjono melihat pandangan sang panembahan tertuju ke gunung kawi,tetapi Mbah imam sudjono tidak berani menanyakannya,dan ternyata setelah ia perhatikan memang indah untuk di pandang jika di lihat dari kejauhan gunung kawi itu.
Lalu pada tahun 1872 sang panembahan menyatakan ingin pergi ke gunung kawi,katanya ingin mencari tanah untuk di jadikan tempat peristirahatan terakhirnya,mendengar keputusan itu maka para abdi dalem dan pengingkutnya mengiringi beliau ke gunung kawi,dengan menerabas jalanan desa jugo sampai pijiombo,terus ke desa wonosari dan mereka pada bermalam di desa itu,lalu keesokkan harinya sang guru dan Mbah imam sudjono beserta rombongan melanjutkan perjalanannya,hingga petang hari beliau sampai kaki gunung kawi,lantas beliau berhenti dari perjalanannya,memerhatikan sekelilingnya dan di pandangnya dari jauh,kemudian beliau naik ke lereng yang agak tinggi lantas di perhatikannya lagi,akhirnya mbah djugo penunjuk tempat itu,terlihat dari mimik wajahnya yang merasa puas karena mendapat tempat yang sangat baik untuk kedudukkan raganya,sewaktu penyerahan raga kepada ibu pertiwi.Di bawah kakinya SANG HYANG GIRI KAWI di sebelah sisi selatan,ada sebuah bukit kecil yang ngregunuk mirip seekor gajah yang merebah dan belalainya menjulur panjang,menjadi perengana sebuah sungai yang air jernih dan agung,tepat di atas punggungnya sang gajah,itu adalah letak yang akan menjadi makam Mbah djugo.Dengan tangan sendiri Mbah djugo terus menggalinya sampai menjadi sebuah lubang yang dalam, hingga di jumpainya sebuah lapisan batu besar untuk jadi alasnya,di sekitarnya banyak tumbuh pohon cendana yang besar dan rindang daun-daunnya,lalu beliau berwasi'at kepada mbah Imam supaya nanti di sekitar makamnya di tambahi pepohon lagi,seperti pohon kemuning,nagasari,dewandaru,mergotomo, blimbing,ceremai,kesemek dan lain-lainnya,juga di perintahkannya untuk mendirikan sebuah pendopo,yang besar dan ukurannya sudah di perhitungkan oleh sang panembahan.
Setelah selesai memberikan wasi'atnya kepada Mbah Imam sudjono,lalu beliau pun kembali ke padepokan dengan berjalan kaki seperti awal beliau datang ke gunung kawi,lewat beberapa hari Mbah Imam sudjono di perintahnya lagi,untuk pergi ke hutan Brongkos dekat desa kesamben,dan membawa orang-orang yang sukarela mengerjakan segala keinginan sang panembahan, seperti menebang kayu yang bagus dan sudah layak,lalu di bawa ke gunung kawi dengan cara di pikul ramai-ramai walaupun perjalanannya sangat jauh, dimana kayu-kayu pilihannya sudah di gunung kawi,dan kayu-kayu itu di kerjakan untuk pembuatan cungkup makamnya sang panembahan,setelah cungkup jadi terbuat,lalu di depannya dibuat lagi teras seperti pendopo yang lebih besar,setelah pembuatan cungkup itu selesai semua.Agak ke bawah dari makam dan tidak terlalu jauh Mbah Imam sudjono membangun pendopo untuk dirinya,karena ia harus tinggal disitu,sampai bangun cungkup benar-benar selesai dan setelah itu beliau pun akan menjaga dan merawat tempat makam yang belum ada penghuninya itu,dan ia pun banyak menanam berbagai jenisnya jadi membuat indah suasana makam itu,karena memang sudah tugasnya Mbah Imam sudjono yang sudah di bebani oleh Mbah Djugo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar