Minggu, 23 Januari 2011

PERJALANAN SANG GURU BESAR 2

3.KI GEMPLO :
Kejadian ini di Caruban daerah Madiun,Pada suatu hari,ada seseorang yang menunggangi kuda besar berbulu lebat,celananya panjang,bajunya cara mataram,hingga nampak angker dan gagah.
Karena terlalu cepat memacu kuda,tiba-tiba kuda itu terjungkal ke tanah akibat terserimpat sebuah keranjang sampah kotoran yang di lempar ke tengah jalan.
laksana pendekar si penunggang kuda meloncat dari pelananya karna kudanya tersungkur ke tanah,lelaki itu lantas membantu kuda untuk berdiri kembali,dengan raut muka yang ke bingungan,ia menoleh kesana kemari,seperti seorang lagi bertanya-tanya mengapa banyak sekali sampah dan kotoran yang di buang semua-maunya saja,hingga keadaan di situ menjadi musam dan kotor.
Dengan suara yang lantang dan keras hingga orang-orang yang dari kejauhan pun terdengar oleh suaranya,lelaki itu berteriak "Saudara-saudara,jangalah membuangi sampah dan kotoran semau-maunya,bersihkanlah kampung halamanmu,karna tidak lama lagi akan ada malapetaka penyakit menular,yang akan membawa kesengsaraan bagi semuanya"Setelah meneriaki warga kampung,lantas lelaki itu melanjutkan perjalananya menuju kesebelah timur.
Rupanya penduduk kampung caruban tidak menghiraukan peringatan lelaki tersebut,tidak berselang lama dan mungkin tapak kaki kuda itu pun belum terhapus,wabah penyakit pun datang dengan membabi buta dengan dahsyatnya wadah itu merenggut penduduk caruban,sampai ada yang mengatakan;sakit sore,pagi meninggal-sakit pagi,sore meninggal.
Penduduk kampung pun di selimut rasa ketakutan yang sangat dalam,takut orang yang terkasihnya meninggal sangat mengenaskan karna wabah penyakit tersebut,Desa caruban menjadi sunyi,isak tangis terdengar di setiap rumah karna terlalu banyak yang meninggal setiap harinya.Terlarut dalam kesedihan dan ketakutan,tiba-tiba datang seseorang tua ke desa tersebut ia mengunakan tudung topi (caping) yang biasa di gunakan tukang angon bebek,membawa tongkat dan berjalan dengan perlahan-lahan,sampai-sampai bunyi tongkatnya pun terdengar jika menyentuh tanah keras yang di laluinya.
Ketika orang tua itu sedang berjalan dan melalui sebuah rumah seorang perempuan,terdengar samar-samar antara rintihan dan tangisan dari dalam rumah itu,lalu orang tua itu menghampiri rumah tersebut,kakinya melangkah perlahan menuju rumah dan seraya menanyakan ada kejadian apa yang membuat perempuan itu bersedih,lantas perempuan tersebut memberitahukan bahwa suaminya telah meninggal karna terserang wabah penyakit,sebelum meninggal suaminya sering mengeluh perutnya sakit dan muntah-muntah,dan anaknya yang paling besar pun sama penyakitnya sampai akhirnya mereka meninggal semuanya,sekarang anaknya yang paling kecil mulai tertular tinggal menunggu ajalnya saja,makanya perempuan itu menangis dan merintih karna ia tidak akan hidup lagi jikalau di tinggalkan mereka semua orang-orang yang tercinta.
Lalu orang tua itu meminta air satu gayung,sesudah di tiup tiga kali lalu air itu di minumkan dan di oles-oleskan kekepala anak yang sakit tersebut,lantas tidak berapa lama anak itu langsung sembuh seperti sedia kala,bisa bicara dan dapat duduk kembali.
Setelah dari rumah perempuan tersebut lalu orang tua itu menyambangi rumah-rumah yang lain yang juga tertimpa musibah tersebut,lalu di obatinya.
Hingga lambat laun warga desa tersebut sudah banyak sanak saudara yang tersembuhkan oleh orang tua itu.
Sebentar saja seluruh Caruban menjadi gempar atas kedatangan orang tua sakti yang welas asih,ucapan syukur dan terima kasih yang tiada kesudahan,banyak warga yang meminta dan memohon supaya orang tua itu berkenan menginap di rumahnya saja,tetapi orang tua itu menolak dengan nada yang penuh welas asih,ia lebih suka tidur di dalam gubug di tengah sawah keesokkannya beliau datang lagi mengidar ke seluruh kampung untuk melanjutkan DANAHUSADAnya,sehingga yang menderita menjadi sembuh dan hawa udara tersebut kembali bersih dan sehat kembali.
Warga penduduk caruban ingin mengetahui siapa gerangan nama orang tua sakti itu,maka salah satu warga memberanikan diri mempertanyakan nama beliau; "Siapa sebenarnya namanya kyai dan darimana datangnya kyai?" Dengan rupa yang bijaksana sang guru besar,di selingi senyuman yang sejuk beliau menjawab pertanyaan orang tersebut;
"Namaku KI GEMPLO,datang dari tempatmu dan akan pergi ke tempatmu" demikian jawabannya,seperti acuh tak acuh,maka orang-orang yang bisa berpikir saling menanya dalam hatinya; Apakah betul namanya orang tua itu KI GEMPLO?"karna waktu menjawab itu,rupanya seperti yang tidak ada minat untuk menjawabnya.
Tetapi ada orang yang masih mengingatnya,rupa orang tua sakti itu ada mirip dengan si penunggang kuda yang dulu pernah menasehati supaya warga desa caruban membersihkan kampung halamannya.Tanda-tandanya yang nyata ialah daun telinga yang besar,tidak ada yang memiliki lagi,orang yang memiliki telinga sedemikian besarnya.
Sesudah caruban bersih dari wabah penyakit dan warga desa terbebas dari rasa ketakutan,maka Ki gemplo pun menghilang dan pergi kearah timur,tak ada orang lain yang mengetahui ia akan pergi kemana.Hanya lewat beberapa bulan kemudian,di waktu tengah malam warga desa ada yang mendengar suara kaki kuda yang berjalan dari timur mengarah ke barat,dan sesudah itu tidak terdengar lagi kabar Ki gemplo,lambat laun warga desa pun sudah melupakan perjalanan sang guru besar.
4.KI JENGGOT :
Setiap pagi hari kampung ini sudah ramai dengan orang yang berlalu lalang,karena mereka kebanyakkan adalah kuli-kuli yang hendak pergi ke tempat pekerjaannya,membuat bendungan di kali kedungkandang dan kali Mojo di daerah MALANG.
Diantara sekian banyak orang yang sering berlalu lalang,ada seseorang yang suka memerhatikan,nampak seorang tua berjenggot panjang,tapi ia tidak turut bekerja dengan yang lainnya,hanya sesekali berjumpa di tengah jalan, sewaktu di tempat pekerjaan,sebanyak orang di tempat itu tiada satu pun yang menghiraukannya,karena mereka mengerjakan tugasnya masing-masing.
Pada suatu ketika,dimana kuli-kuli sedang beristirahat di tengah hari dan mereka duduk berkelompk-kelompok,dari mereka banyak yang menyempatkan diri melepaskan lelah dengan bercanda-canda,ada yang mengobrol dengan serius,ada juga yang tertidur di bawah pohon.Tetapi di antara mereka ada yang menyapa Ki jenggot,karena orang yang menyapa tadi teringat dengan orang tua itu,beliau sering mendekati jikalau ada orang yang sedang mengcakul tanah,satu waktu beliau mengambil tanah tersebut dan memerhatikannya dengan seksama,banyak orang yang bingung melihat tingkah orang tua itu.Maka sewaktu dalam istirahatnya orang yang menyapa itu iseng-iseng menanyakan kepada beliau;"Pak jenggot,,,sering wara-wiri disini,sebetulnya sedang mencari apa?" dengan muka penuh kebingungan kuli itu "Saya hendak mencari tempat yang baik...nak"jawab ki jenggot yang sedang asik memerhatikan tanah paculan,entah itu nama yang sebenarnya atau bukan,tapi anehnya beliau tidak keberatan di panggil dengan sebutan Ki jenggot,mungkin beliau menganggap jenggot panjang sampai sedada.
Lalu teman di sebelahnya nyeletuk sekenanya saja"kalau mau tempat yang baik itu di pasar ki....?..karena di pasar banyak makanan enak-enak..hhahahhaha"Ki jenggot hanya tersenyum,kemudian berkata"Betul apa yang kamu katakan nak..di pasar itu adalah tempat baik,sumbernya kesenangan dan kenikmatan dunia,tapi bagi saya tidak cocok lagi,karena saya sudah tua dan gigiku pun sudah ompong".sambil tertawa berbarengan dengan kuli-kuli yang lain.
Karena keasikkan dengan candaan itu,lalu ada salah satu kuli yang nyeletuk dengan kurang ajarnya,bicara seenak perutnya saja tidak bisa membedakan ia berbicara dengan orang tua"Ki jenggot...tempat yang baik buat orang tua yaitu kuburan...."sambil menertawakan orang tua itu.Mungkin kalau orang tua biasa mendengar ngomongan seperti itu bakal marah,tetapi ki jenggot tidak nampak sedikit pun kemarahan di rupanya,hanya menjawab dengan suara menasehati dengan bijak"Betul sekali ucapanmu nak?..walaupun engkau mengucapkan tanpa sengaja,,Orang hidup perlu mendapatkan tempat yang baik begitupun orang yang mati memerlukan tempat yang baik pula,karena hidup ini hanya sementara,tetapi mati adalah pulang yang lama...ya lama sekali,hingga di rasakan tidak akan kembali lagi...".dengan nada suara yang sendu,sampai-sampai kuli yang ucapannya kurang ajar itu seperti di sadarkan sanubarinya kalau ucapannya itu menyakitkan perasaannya,awalnya yang bercanda-canda mendadak semua kuli-kuli di tempat itu seperti di paku hatinya dengan ajaran sang guru besar,walaupun tidak ada yang mengerti jelas dengan maksud ngomonga itu.
Setelah itu Ki jenggot pergi kearah barat,tidak ada yang tahu beliau pergi kemana,karena tidak ada orang yang melihatnya lagi.
Beberapa orang tua sama menduga-duga,apakah beliau itu Ki pelet atau ki badjul?ataukah orang tua itu juga ki gemplo?tentang ini tidak ada yang bisa menerangkannya.
Kemudian tidak berapa lama setelah pengerjaan dam itu hampir rampung dan mengalami jebol,tiba-tiba orang tua aneh itu muncul lagi,,,entah darimana datangnya ketika orang sedang bingung dan putus asa karena hasil pengerjaannya yang gagal pembuatan dam bendungan desa wonosari jebol.
Tatkala kanjeng bupati malang sedang memeriksa bendungan,Ki jenggot yang waktu itu berpakaian baju jubah (gamis)dengan ikat pinggang tali lawe,beliau memberi petunjuk kepada kanjeng bupati malang bahwa dam tidak akan beres dan akan terus ambruk,karena manusia sudah lupa minta izin dengan yang berbadan halus yang bersemayam di dekat dam situ. Beliau menerangkan bahwa di bawah pohon beringin tua yang di pinggir sungai,ada sebuah makam keramat yang telah terlantar,maka makam itu telah tertutup akar dan sulur pohon hingga batu tenggernya pun tidak tampak.
Seyogyanya orang harus membuat sedekah selametan di tempat itu,dengan potong kambing kendit,"do'anya kabul selamet sajennya wedang jembawuk lan arang-arang kambang yen juwadah pasar selengkapnya."  Sebelumnya selametan harus jangan lupa menabuh gamelan dengan gending kebogiro,kemudian sesudah selametanpun gending itu di tabuh sekali lagi.
Lalu nasehat orang tua berjubah itu pun di turuti oleh kanjeng bupati,maka betul saja sesudah selametan dam wonosari tidak lagi mengalami jebol atau ambruk berdiri kokoh hingga kini.
5.KI NGALIMAN :
Di desa Ngadimulia bawah kabupaten kepanjen,hidup seorang perempuan janda,namanya Mbok DIMAH yang hidupnya serba kekurangan dan miskin, tapi tidak sengsara karena hatinya selalu senang dan terima apa adanya saja hidupnya.
Di depan rumah Mbok dimah ada sebuah gentong air dan siwur (gayung yang terbuat dari batok kelapa) airnya selalu terisi dan bersih,mbok Dimah sengaja menaruh gentong itu untuk orang-orang yang berjalan di depan rumahnya, siapa saja boleh meminumnya untuk melepas dahaganya dan jikalau pun gentong itu mulai kosong mbok dimah pun akan mengisinya lagi sampai penuh.
Pada suatu hari,di mana matahari sedang di tengah ubun-ubun dan udara yang tipis karena panas yang terik sekali dimana Batara surya sedang mengginclang-ginclang di atas langit,dan warga desa pun enggan untuk keluar dari rumahnya,tapi di depan rumahnya mbok dimah lewat seorang kakek tua berjalan tanpa cerepu (alas kaki),jenggotnya panjang,kupingnya lebar.
Lalu si kakek tua itu menghampiri gentong airnya mbok dimah yang berada di samping pintu pagarnya,dan kebetulan mbok dimah sedang berada di beranda rumahnya,seraya kakek tua itu menyapa "Mbok mas,apa boleh saya menumpang istirahat sebentar?"lalu mbok dimah mendekati si kakek tua itu "Monggo..kyai..monggo,mari duduk menghilangkan rasa capek"jawab mbok dimah mempersilahkan beliau dengan ramah tamah.
Sambil duduk pandangan kakek tua itu memerhatikan sekeliling tempat tinggalnya,beliau berdiri seraya berbicara kepada mbok dimah"mbok mas,,apa perlunya menyediakan air di dalam gentong itu?"
"oh iya kyai"jawab mbok dimah menjelaskan"menurut kata orang tua-tua,baik sekali seseorang melakukan tapabrata,tetapi kalau tidak sanggup tapabrata yaa danabrata pun boleh...ya saya tidak sanggup tapabrata kyai karena saya perempuan yang bodoh,maka saya hanya bisa melalukan danabrata dan itu seada-adanya saja kyai?karena saya orang miskin tidak sanggup memberikan dana yang lebih hanya bisa seteguk air saja untuk orang yang sedang kehausan di tengah jalan.Memberikan tongkat kepada jalan yang licin itulah dana orang yang kuat,memberikan orang yang telanjang itulah dananya orang bangsawan, memberikan orang yang kelaparan itulah dananya orang kaya,saya tidak kuat kalau melaksanakan itu semua,saya cuma sanggup memberikan air untuk orang yang sedang kehausan saja,karena kesanggupan saya memang sedemikian".
mendengar jawaban mbok dimah yang miskin itu,kakek tua itu terdiam terpungun-pungun,kedua matanya mengembang air,memandang jauh ke tempat seorang yang sedang mengimpi.Tidak lama kemudian barulah beliau berkata; "Mbok mas..tanahmu ini cukup luas,jikalau di tanami buah-buah palakesimpar barangkali bisa memberi menghasilan yang baik.Kalau mbok berkenan nanti saya yang menanami dan merawatnya,mugi-mugi nanti hasilnya dapat mbok gunakan untuk danaboga dan danabusana secukup yang mbok inginkan"Ucap ki ngalimin menawarkan diri untuk meringankan beban kehidupan mbok dimah."Oh baik kyai...baik..jikalau kyai suka mengerjakannya" dengan raut muka kesenangan mbok janda itu,menerima tawaran kakek tua yang ingin membantu berdanabrata.
Maka kakek tua itu pun tinggal di tempatnya mbok dimah walaupun beliau memilih tempat tidurnya di dalam gubuk kecil yang berjauhan dari rumah mbok dimah,gubuknya pun berdekatan dengan tegalan (lahan kosong).Ke esokkan harinya kakek tua itu langsung menanam benih tanpa di garap lagi tanahnya,beliau menebar bening semangka,ketimun dan buah palakesimpar lainnya,yang anehnya benih itu langsung tumbuh yang ngerembayak gemuk dan segar-segar,maka tegalan yang dulu tandus,sebentar saja berubah menjadi hijau warnanya,sepertinya itu semua ada peran tuhan oleh kekuasaan ciptaannya.
Lalu kakek tua itu memperkenalkan diri kepada mbok dimah,kalau beliau bernama KI NGALIMIN dan mbok dimah pun menghormati beliau layaknya orang tua sendiri,dan mbok dimah pun merasa senang atas kehadiran ki ngalimin di tempatnya.
Sudah terlarut dalam kegembiraannya mbok dimah,lalu ia di kejutkan lagi dengan hasil tanamannya kakek tua itu,setelah di panen sore,pagi hari sudah berbuah lagi terus menerus,sampai-sampai mbok dimah menjadi orang kaya raya,walaupun sebagiannya hartanya di gunakan untuk dana bagi orang-orang yang paling membutuhkannya dan itu pun di lakukannya tanpa henti-henti.
Karna merasa hartanya masih berlebih,Mbok dimah kemudian membeli seperangkat gamelan untuk di pinjamkan kepada orang-orang yang ada keperluannya,karena sifat dermawannya mbok dimah maka warga desa memberi nama gamelan itu;"BONANG TIMUN GONG SEMANGKA"karena di belinya dari hasil penjualan ketimun dan semangka.
Karena mbok dimah sekarang sudah hidup serba kecukupan,bisa membayar upah untuk orang kerja di kebun dan rumahnya,mempunyai pangon (kandang) untuk sapi dan kambing.Maka sang guru besar melanjutkan perjalanannya, dan mbok dimah pun berusaha menahannya supaya sang guru besar jangan pergi,lalu beliau menasehati mbok dimah supaya mengerti "mbok mas..mbah masih ada maksud yang belum tersampaikan"ucapannya sedikit dan mbok dimah pun mengerti akan maksud itu,karena masih banyak yang harus di tolong oleh beliau.Setelah kepergiannya mbok dimah pun sudah tidak mendengar lagi kabar dari orang tua angkatnya itu sekarang dimana,bahkan lambat laut pun warga desa yang dahulu mengetahui perlahan terlupakan.
6.KI BREWOK :
Cerita ini terjadi di desa Ngantruh dekat kabupaten KEPANJEN,pada zaman dahulu desa ngantruh itu masih merupakan tanah luas dan sunyi,tetapi rumputnya sangat subur,maka daripada itu banyak di manfaatkan anak-anak angon yang menggembalakan ternaknya di desa itu,dan orang-orang tua banyak yang mengarit rumputnya untuk di jual ke pasar kepanjen.
Dan di sisi tanah luas itu ada jalan setapak yang di manfaat untuk jalan menuju hutan,karena jalannya rata dan di sebelahnya ada pohon rindang dan teduh,banyak anak-anak dan orang tua yang berteduh di sana.Apalagi jikalau matahari hampir lingsir ke ufuk barat,biasanya mereka berkumpul di bawah pohon tersebut,mau anak-anak penggembala ataupun orang dewasa,mereka berkumpul dan bersenda-gurau.
Sewaktu mereka sedang bersenda-gurau,tiba-tiba dari dalam hutan keluar seorang kakek tua yang berawakkan besar,kumisnya tebal dan brewoknya panjang,yang aneh kupingnya besar tidak ada dari mereka tidak ada yang memilikinya,sedang mereka memperhatikan kakek tua itu,tiba-tiba beliau berhenti dan menoleh kearah mereka,lalu menunduk ke bawah kakinya seraya menusukkan kulit pisang dengan tongkatnya,karena letaknya di tengah jalan yang mau di lalui beliau"Hai anak-anak"kata kakek tua itu"kalian jangan buang kulit pisang di sembarangan tempat,apalagi di jalan umum...nanti bisa mencelakai orang yang mau lewati jalan ini"Ucapnya tidak bermaksud menuduh tetapi karena mereka sedang di pinggir jalan tersebut.
Dan mereka pun tidak keberatan di nasehati oleh kakek tua itu,bahkan mereka mendengarkan dan memperhatikan nasehatnya,melihat mereka sangat perduli dengan nasehatnya,maka ketika kakek tua itu melihat seorang anak yang badannya kudisan,beliau pun memberi nasehat kepada anak tersebut;"kamu jangan mandi di dalam sungai yang kotor airnya lagi,nanti kudismu bisa sembuh dan tidak gatal nak?"ucap kakek tua itu.
Kemudian beliau memandang mereka semua seraya berkata pula;"Jikalau minum pun,juga harus mencari air yang jernih,supaya tidak terkena penyakit"ucapnya dengan bijak kepada mereka.Tetapi ada seorang anak laki-laki yang cerdik,yang sungguh-sungguh mendengarkan nasehatnya,lalu anak itu pun memberanikan diri memberikan pertanyaan kepada kakek tua itu "Kyai..sungai dan belik di sini airnya kotor-kotor?Apa kyai bisa memberi petunjuk di mana letak air yang jernih itu?"ucapnya serius dan menunggu jawaban dari kakek tua itu.Lantas kakek tua itu terkejut,raut muka seperti kebinggungan,beliau tidak menyangka akan di berikan pertanyaan seperti itu, lantas beliau tertawa seraya berkata;"Engkau seorang anak yang pintar sekali,hingga aku kecele...hahahaha?"ucapnya sambil tertawa sampai giginya yang putih pun terlihat.
Lalu beliau meminjam aritnya seorang potong rumput dan mengajak mereka untuk mengikutinya kearah suatu perengan (tebing),di mana ada beberapa buah batu besar yang berjejer.Lalu kakek tua itu membacok-bacok arit itu ke salah satu batu yang paling pojok,setelah batu itu hancur,seketika keluar air yang bersih dan jernih,dan mereka pun bersorak bahagia karena mendapatkan sumber air yang bersih dan jernih.
kakek tua itu pun memerhatikan tingkah mereka yang kesenangan,seraya beliau berkata;"Sumber ini ku beri nama sumael,untuk kalian semua gunakan untuk minum dan mandi".Setelah berkata demikian,lalu kakek tua itu menoleh ke arah anak lelaki cerdik yang meminta pentunjuk kepadanya,beliau melihat ada ke bahagian di raut mukanya,lalu beliau berkata kepada anak itu;"Engkau di kedepan hari bisa menjadi seorang berpangkat..nang"Sambil mengelus-ngelus kepalanya.
Melihat mereka masih terlarut dengan ke ajaiban itu dan sesudah berkata dengan anak lelaki itu,lantas kakek tua itu pun melanjutkan perjalanannya menuju kearah barat dan tidak ada yang tahu kemana sang guru besar menuju
Belakangan sumber air sumael semakin lama semakin besar,lantas namanya pun di ganti dengan sumber ngantruh hingga sekarang ini,airnya mengalir terus ke bawah bercampur kedalam KALI METRO.Dan cerita anak yang pintar itu di kemudian hari menjadi kenyataan,anak itu menjadi jaksa di cirebon (tidak di sebutkan namanya anak itu).
Kakek tua yang memberi keajaiban sumber air itu bernama KI BREWOK karena tidak ada yang mengetahui nama yang sebenarnya,lalu sesudah kejadian itu kakek tua itu tidak pernah nampak lagi,maka akhirnya terlupakan termakan oleh waktu.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar