Sabtu, 29 Januari 2011

PERJALANAN SANG GURU BESAR 3

        *SANG GURU BESAR EYANG DJUGO*


2.DI JALA SUTRA :
Sudah lama sang wiku berdiam di desa djugo,pada suatu pagi ada seseorang yang melihat rumah padepokannya kosong,sang resi tidak ada di tempatnya,ia menanya tidak ada yang tahu kemana sang guru ini pergi,lalu ia menunggunya dari sore hingga ke esokkannya sang guru tetap saja tak kunjung pulang,maka keadaan di sana menjadi gempar,orang-orang sama bingung harus mencari kemana,laksana kawanan pitik yang tinggal induknya.
Dengan segera orang-orang itu berbondong-bondong memberi kabar berita kepada  kanjeng bupati blitar,ia pun binggung dan kaget harus mencari kemana sang guru perginya,lalu ia memerintahkan semua perangkat desa seluruhnya turut membantu mencari sang guru besar,jikalau berjumpa supaya di mohon pulang ke padepokannya atau setidak-tidaknya perangkat desa yang menjumpainya lekas memberi kabar kepada kanjeng bupati.
Tidak lama kemudian pamongpraja daerah Lodoyo memberi laporan,bahwa panembahan djugo terlihat di jalasutra,yaitu pesisir pantai di tepi laut kidul yang pemandangannya begitu indah,akan tetapi jarang orang yang mau datang ke tempat itu,menurut kepercayaan warga desa setempat di situ adalah pusat kedudukan bala tentaranya NI GEDE ROKIDUL bagian darat,yang sudah pasti tempat itu angker dan gawatnya keliwat-liwat.
Segera kanjeng bupati memerintahkan bawahannya yang bernyali besar dan berani menerobos hutan rungkut yang penuh rotan dan duri,melewati rawa-rawa yang becek dan penuh gelagah alang-alang,lalu ramai-ramai ia pergi ke jalasutra dengan perbekalan yang cukup dan persenjataan lengkap untuk melindungi dari binatang buas,karena di hutan itu banyak sekali binatang buas,terutama jika banteng datang bisa beribu-ribu ekor dan berlarian membabi buta,tidak perduli siapa yang di hadapannya.
Sekian banyak rintangan yang mereka lalui,akhirnya mereka menemukan sang resi yang sedang duduk termenung seorang diri di atas batu karang,matanya memandang kearah barat daya,di mana terlihat sebuah pulau kecil dan tanahnya yang berbukit tinggi menjulang di tengah laut,nama bukit itu di beri nama oleh penduduk setempat gunung Jengger.Bukit terdiri dari batuan karang,memang terlihat indah jikalau di pandang dari ke jauhan,akan tetapi bukit itu banyak menyimpan misteri dan cerita yang memilukan hati, keberadaan pulau itu  yang membuat indah karena di antara lautan yang membentang dan langit yang biru nan suci,tapi berdiri di tengah kesunyian yang tak terbatas.
Ki Ageng Djugo memandangi bukit sambil duduk di atas karang,tanpa sadar  sampai berlinang air mata,seakan-akan beliau mengetahui cerita kepiluan bukit itu,meski pun deburan ombak laut selatan terkenal besar dan tinggi, akan tetapi tidak memecahkan lamunan sang penembahan,seolah-olah beliau larut kedalam mimpi,seakan terhipnotis dengan suara gumuruhnya ombak tersebut.
Ketika orang-orang suruhan kanjeng bupati sampai dan berkerumun di dekatnya,barulah sang panembahan tersadar dalam lamunannya dan beliau menoleh kearah mereka dan membalikkan badannya,lalu salah satu seorang dari mereka maju menghadap sang wiku dengan berjalan jongkok dan memberitahu jikalau ia di perintah oleh kanjeng bupati,ia berkata;"Sungeng rawuh panembahan..saya di perintah oleh kanjeng bupati untuk menjemput panembahan untuk pulang ke djugo,karena di padepokan banyak sekali orang yang menunggu panembahan untuk meminta obat,karena banyak dari mereka tempat tinggalnya yang jauh..?Jika berkenan panembahan lekas pulang bersama kami" ucapnya dengan penuh rasa hormat.
Mendengar ucapan utusannya kanjeng bupati,lalu beliau berkata; "Kalian semua pulanglah lebih dulu,aku akan menyusul belakangan" ucap sang panembahan memerintah mereka semua,lalu beliau membalikkan badannya lagi menghadap bukit yang berada di tengah laut tersebut,dan mereka saling berpandangan dengan yang lainnya,karena mereka tidak bisa membawa sang wiku pulang bersama mereka,harus kasih jawaban apa nanti ke kanjeng bupati dan mereka tidak berani membantah panembahan.Dengan perasaan kebingungan mereka pulang meninggalkan panembahan yang terus duduk diam di batu karang tersebut seorang diri.
Maka terjadilah sebuah keanehan yang membuat mereka terheran-heran, sesampainya mereka di desa djugo,ternyata sang panembahan sudah berada di dalam rumah padepokannya yang sedang di kerumuni orang-orang yang memohon obat dan keberkahan dari sang panembahan.
Menurut cerita orang-orang tua yang berada di Binangun,Gondangtapen, Sidodadi dan tempat lain-lainnya.Di bawah gunung KENDENG dan di sepanjang pesisirnya laut selatan,ternyata di atasnya gunung jengger terdapat sebuah makam cina kuno,kuburan dari seorang putri cina (di pragrap akhir di bahas) kalau kesepuhan setempat tidak ada yang tahu riwayat putri cina tersebut.
Di sini awal cerita suatu legenda JALASUTRA,oleh penduduk setempat menjadi dongeng yang biasa di ceritakan di waktu malam dengan diiringi MEMPETIL RINDING sebuah alat tabuhan yang di sukai anak-anak gadis desa setempat di jaman dahulu.
Pada zaman dahulu ada salah seorang putranya raja jenggala yang bernama Raden Pandji pudjalaksana,seorang pangerang yang halus budi pekertinya, rupanya ganteng,bicaranya lemah lembut dan ia pun tidak belajar peperangan ataupun seni beladiri,tidak seperti saudara-saudaranya lain atau prajurit-prajurit ayahandanya yang suka dengan peperangan dan kekerasan.Tiap hari ke sukaannya raden pandji ialah menekung muja semedi (meditasi di tempat sunyi) berdoa supaya dunia menjadi aman dan bahagia.
Pada suatu hari raden pandji di ajak saudara-saudaranya berburu ke dalam hutan,tetapi ia tidak mau membawa senjata apapun,beda dengan saudaranya yang membawa komplit persenjataan buruan,ketika sauradaranya sedang membidik binatang buruan,raden pandji malah sedang asik memandang daun-daun pohon yang tertiup angin dan melambai-lambai seakan mengajaknya pergi dari hutan tersebut.
Akhrinya mereka terpisah,karena saudaranya sedang mengejar hasil buruan, raden pandji malah ke semsem dengan suasana di dalam hutan yang damai riuh suara burung yang berkicau sangat indah membuat terus berjalan lain arah dengan saudaranya,semakin lama semakin jauh ia memasuki hutan.Hari semakin senja saudaranya pun jalan ke istana tanpa menyadari raden pandji tertinggal di hutan itu,dan raden pandji pun menyadari kalau ia itu sudah kesasar di dalam hutan,karena ia sudah terbiasa menekung muja semedi,maka ia tidak takut walaupun tersesat di hutan sendirian,beliau pun terus berjalan mengikuti jalan setapak di dalam hutan,dan akhirnya sampailah ia di pesisir pantai dan tidak ada seorang pun disitu,kecuali deburan ombak dan suara angin yang menderu,tapi tak tampak pun rasa kekhawatiran di mukanya walaupun matahari mulai terbenam di ufuk barat,ia terus melanjutkan perjalanannya melalui pesisir pantai yang mulai gelap,sesampainya ia di kaki gunung jengger,mendadak raden pandji mendengar suara tangis perempuan di atas bukit itu,seketika ia mencari tahu dan berenang menuju ke bukit itu, walaupun bukit itu di penuhi batu karang,sesampainya di atas karang beliau melihat seorang gadis remaja putri,parasnya cantik,rambutnya hitam,kulitnya kuning,matanya sipit handamar kanginan sedang menangis ketakutan karena hendak turun tapi tidak berani,tanpa berpikir yang aneh-aneh lagi raden pandji membantu putri dara itu turun dari bukit karang itu,karena mana mungkin seorang dara sendirian di atas bukit terus cantik lagi,kalau bukan dari bangsa siluman pasti dari bangsa jin,tapi raden pandji tidak berpikir demikian,yang paling utama adalah menolongnya dari tepi laut ke pasir yang kering.
Setelah hilang rasa takut dari seorang dara itu,raden pandji menanyakan; "Gadis siapakah namamu dan berasal dari mana kamu?...dan kenapa bisa diatas karang yang tinggi itu?"Ucapnya sambil menenangkan putri dara itu.Dara itu pun menjawab pertanyaan raden pandji; "Namaku Ong hwa,,aku adalah putri seorang raja cina yang di cengkram oleh burung garuda raksasa dari gunung siam,hingga aku di lepaskan di atas batu karang ini"ucapnya sambil ambil nafas dalam-dalam,ternyata gurung garuda raksasa itu mau membalas dendam dengan ayahandanya putri itu,karena banyak rakyat burung garuda itu di binasakan oleh ayahnya putri tersebut,makanya putri raja di bawa pergi dari cina dan di lepaskan di atas gunung jengger,supaya di lahap oleh iblis dedemit rakyatnya NI GEDE ROKIDUL.Setelah nafasnya sudah kembali tenang putri itu berkata;"Sebagai tanda terima kasihku kepada taruna,maka aku pasrahkan semua jiwa ragaku kepadamu taruna"Ucapnya terbata-bata dengan logat cina dan belum mengetahui nama sang pangeran ini.Lalu raden pandji pun merasa bingung,karena beliau sudah berjanji kepada dewata,bahwa ia melakukan Brahmacarya,yaitu tidak akan menikah selama hidupnya,dan beliau menolong dara itu pun dengan hati yang ikhlas tanpa pamrih,lalu raden pandji pun menjelaskan kepada putri itu;"putri..bukannya aku tidak bisa menerima atas tawaranmu,akan tetapi aku sudah berjanji kepada dewata bahwa aku tidak menikah seumur hidupku? lebih kamu dan aku menjadi saudara saja supaya hubungan kita semakin dekat tanpa perlu ada yang tersakiti? lebih sekarang ikut saya ke kerajaan jenggala di mana tempat saya tinggal"Ucap raden pandji meyakinkan dara itu,setelah mendengar penolakkan yang halus dari sang rader,dara itu pun merasa sedih dan malu,lalu dara itu berkata;"Aku tidak akan ikut denganmu ke kerajaan jenggala?..jika kau tidak mau menjadi pasanganku,lebih baik aku mati daripada hidup di dalam istana ayahanda yang bukan siapa-siapa aku,apalagi cuma sekedar saudara yang bukan dari negeri taruna?"Ucapnya sambil terisak-isak sedih,Dan raden pandji pun semakin kebingungan dan mencoba mencari akal bagaimana supaya ia tidak melanggar janji kepada dewata dan dara ini pun tidak memutuskan bunuh diri ke dalam laut yang ombaknya semakin lama semakin menderu kencang,beliau menemukan caranya dan berkata kepada dara itu;"Baiklah jikalau putri tidak mau ikut dengan aku ke jenggala,dan aku akan bersama kamu di gunung jengger ini" Ucapnya menenangkan dara itu,supaya dara itu tidak kecewa.
Akhirnya raden pandji dan putri cina yang Ong hwa itu pun tinggal di gunung jengger,ia mendirikan sebuah gubuk di tepi hutan dekat pesisir laut,untuk menjauhi hal-hal yang senggama,maka ia buat gubuk itu dua kamar,satu untuk sang putri dan satu lagi untuk raden.Hari berganti hari,bulan berganti tahun mereka jalani hidup berdua tanpa ada persetubuhan layaknya suami istri, meski pun mereka berdua sudah jatuh cinta,tetapi terhalang dengan janji satria yang wataknya tidak akan berubah meski sengsara ataupun mati,maka kasih cintanya tidak berwujud,sama-sama rindu dalam penderitaan.
Untuk melupakan duka melipur hati,kedua pasangan ini sering terlihat menjala ikan jikalau ombak tidak besar,jala yang di pakainya adalah JALA SUTRA, dan bila jala itu setelah di gunakan,sering di jemur di atas pohon beringin,bila di lihat dari kejauhan terlihat seperti berkilau-kilau,bila tersorot sinar matahari.Bertahun-tahun kedua taruna ini berhubungan yang aneh,akibat tinggal di pesisir pantai mereka berdua pun makan seada-adanya,sampai putri itu sakit dan menghembuskan nafasnya,dalam keadaan yang sekarat putri itu berpesan kepada raden pandji ia berkata dengan terbata-bata;"Raden aku akan terus mencintaimu walaupun aku meninggalkanmu sendiri di sini,aku akan menitis kembali ke daerah mataram,dan akan menjadi lelaki,dan akan mengikuti raden sampai akhir hayatku lagi"Ucapnya sambil menghembus nafas akhirnya.
Agar kecintaannya terus ada kepada sang putri,maka raden memakamkannya di gunung jengger,dan akan selalu mengingat kemesraannya tanpa senggama, sementara raden pandji tidak lekas meninggalkan gunung jengger,hanya selalu selalu termenung dan matanya termemandang ke gunung jengger,karena jiwanya sudah separuh hilang, bersama kekasihnya yang telah pergi meninggalkan dunia ini,terlintas mengenang semasa hidupnya yang di liputi rasa rindu asmara,tapi hanya dengan saling pandang-pandangan saja,penderitaan cinta suci yang di halangi tembok crystal yang sangat tebal dan kokoh,untuk memegang tangannya pun sulit,sekarang sang puja hati sudah menutup mata menyesal pun tiada arti, tinggal raden pandji hidup dalam kehidupan yang kosong dan sunyi,akhirnya ia pun meninggalkan pantai jala sutra dan tidak kembali ke jenggala,entah dimana rimbanya sekarang.
Dan pohon beringin yang di buat untuk menjemur jala sutra tersebut akhirnya di hancurkan oleh jepang,karena untuk pembuataan benteng pertahanan.
Ada ketertalian apa antara sang guru besar dengan putri cina tersebut? kenapa beliau memandang gunung jengger itu dengan menitikkan air mata?

Begini ceritanya;Sewaktu terjadi pembantaian besar-besaran anak perempuan yang berada di cina,jendral chung phing meminta bantuan sahabatnya jendral Thian djin untuk membawa adiknya itu ke tempat yang aman,karena beliau tidak mau adiknya itu menjadi korban kebiadaban rajanya untuk membunuh anak perempuan ataupun sudah remaja,dengan kesaktiannya jendral thian djin,ia pun merubah wujud menjadi seekor burung raksasa dan mencengkram adiknya dengan cakarnya sampai ke tanah jawa.Setelah pembantaian itu reda sang guru besar pun mencarinya ke tanah jawa bersama laksamana Cheng he Maka daripada itu beliau mencari kabarnya dari satu desa ke desa lainnya sampai menetap di desa djugo,terdengar kabar bahwa adiknya sudah meninggal dan di makamkan di gunung jengger,maka sang guru duduk memandangi gunung jengger bukan sebagai raden pandji,terdengar kabar yang tersiar bahwa adiknya hidup bersama tanpa ada persenggamaan dengan raden pandji,sang guru pun sekalian mencarinya,karena raden pandji mempunyai budi pekerti yang sangat luhur,dan sampai itu pun sang panembahan tidak pernah mendengar kabarnya raden pandji,beliau selalu menunggu di desa djugo sampai raden pandji menemui beliau.
Ceritanya lanjut ke segmen; Imam sudjono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar